Di kota-kota besar Indonesia saat ini kondisi sosiologis masyarakat sudah bergeser dari awalnya bersifat komunalisme menjadi individualisme.
Komunalisme mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang hidup dalam suatu masyarakat atau komunitas yang saling berinteraksi dan memiliki semangat gotong royong.
Sementara budaya individualisme merupakan budaya asing yang membaur dan pelan-pelan menjadi budaya serapan dan berkembang terutama di kota-kota besar di Indonesia.
Dalam budaya individualisme masing-masing anggota masyarakat hanya fokus terhadap diri sendiri tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya.
Sistem cluster menggambarkan individualisme penghuni
Menurut Prof. Bambang Widodo Umar, seorang Guru Besar Hukum UI (disampaikan dalam kuliah yang penulis ikuti), budaya individualisme dapat dilihat dari kecenderungan pembangunan hunian oleh developer yang menerapkan sistem cluster yang membuat penghuni perumahan tersebut terputus hubungan dengan masyarakat di sekitarnya.
Penerapan sistem cluster tersebut memang tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi dan menyalahkan pihak tertentu saja karena ini menyangkut banyak sekali faktor yang menjadi penyebabnya.
Konsumen menyukai perumahan dengan sistem cluster
Bagi developer, menyediakan produk yang sesuai dengan selera pasar adalah suatu kewajiban, karena ini masuk dalam ranah bisnis.
Dalam bisnis berlaku adagium bahwa produsen harus selalu mengerti dan mengikuti selera konsumen.
Kecenderungan masyarakat memilih tipe perumahan dengan sistem cluster juga dipicu oleh keinginan mereka mendapatkan rumah tinggal yang aman dan nyaman.
Karena dengan sistem cluster perumahan tersebut hanya memiliki satu gerbang masuk dan keluar. Sehingga lalu lintas orang masuk dan keluar perumahan bisa terpantau.
Jika terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan dalam perumahan tersebut, maka dengan amat mudah bisa diketahui.
Karena, untuk lebih menjamin keamanan penghuni biasanya juga disediakan petugas keamanan yang menjaga perumahan 24 jam.
Bahkan di beberapa perumahan juga dilengkapi dengan camera CCTV untuk memantau kondisi perumahan sepanjang waktu dan bisa live streaming ke smartphones penghuninya.
Mungkin ada benarnya para developer ikut memberikan andil dalam menggeser budaya komunalisme menjadi budaya individualisme di Indonesia. Karena apapun alasannya, pada kenyataannya memang developerlah yang menyediakan perumahan tersebut untuk masyarakat.
Selain itu, seperti yang disebutkan diatas bahwa kecenderungan konsumen lebih memilih hunian tipe cluster yang didorong oleh keinginan mendapatkan rasa aman juga ikut memicu kondisi tersebut.
Pemerintah ikut andil
Selain developer dan konsumen, negara melalui pemerintah juga bisa ikut dipersalahkan, karena pertama: pemerintah memberikan ijin terhadap pembangunan perumahan dengan sistem cluster (sebuah alasan yang sangat sederhana, hehe), dan kedua: ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan rasa aman kepada warga negara, sehingga masyarakat memilih caranya sendiri dalam pemenuhan rasa aman tersebut, salah satunya dengan memilih tinggal di rumah tipe cluster.
Kalau begitu, kita semua sama-sama salah??
Lihat artikel lainnya:- Balai Lelang Swasta, Salah Satu Cara Menjual Properti dengan Cepat dan Aman
- Apakah Townhouse Itu?
- Ini Dia Hambatan Dalam Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat
- Azas Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman: Kesejahteraan
- Ini Dia Pengertian Perumahan dan Kawasan Permukiman Menurut UU No. 1 Tahun 2011
- Berapa Sebaiknya Lebar Jalan Akses Sebuah Perumahan?
- Pak Menteri Sumbang Tanah, Koh Aguan Sumbang Uang, Apakah Menyelesaikan Masalah?
- Begini Cara Menyampaikan Keunggulan Kompetitif Produk Perumahan kepada Konsumen
- Apa yang dimaksud dengan Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun?
- Double Decker, Solusi untuk Lahan Sempit yang Butuh Penghijauan dan Area Bermain
- Pengembangan Perumahan Berbasis Komunitas
- Jika Developer Merubah Fungsi Lahan Umum Menjadi Kaveling
- Perijinan untuk Perumahan: Izin dari Badan Lingkungan Hidup (AMDAL/UKL-UPL)
- Tata Cara WNA Menjadi Developer di Indonesia
- Pentingnya Menguasai Product Knowledge bagi Tenaga Marketing