Suatu pengembang perumahan sedang memasarkan proyeknya dengan mengadakan pameran di dua lokasi berbeda. Pameran diadakan di mal yang ramai. Masing-masing lokasi terdiri dari satu tim dengan empat orang sales persons.

Seluruh anggota marketingnya sudah ditraining terlebih dahulu sehingga sudah sangat fasih mengartikan product knowledge. Juga mereka sudah dibekali dengan selling script yang dihapalkan, tentu saja tak lupa dilengkapi dengan kemampuan bernegosiasi dengan gesture tubuh yang menjual.

Hari pertama pameran mereka sangat bersemangat, semua calon konsumen yang datang dilayani dengan senyum mempesona sang tenaga marketing, konsumen dilayani bak seorang raja, semua tenaga marketing memperlihatkan antusiasme yang tinggi dan brosurpun banyak terbagikan.

Tapi sampai hari ke sepuluh tidak ada satupun prospek yang kelihatan akan membeli, tidak ada Hot Prospek!. Hasil dari sebaran brosur juga tidak ada telepon balik, follow up dari no kontak yang berhasil di-collect-pun semuanya menolak dengan halus, tidak memberikan harapan sama sekali.

Itulah kondisi tim pertama, walhasil hari selanjutnya mereka mulai tidak yakin akan berhasil menjual. Mereka tidak akan berhasil menjual produk perumahan mereka karena pasar properti sedang tidak bagus, kemampuan beli masyarakat tidak ada, begitulah pemikiran mereka.

Seterusnya selama sisa hari pameran mereka melayani calon konsumen dengan ogah-ogahan, tidak bersemangat dan acuh tak acuh sehingga calon konsumen yang datangpun menjadi tidak semangat.

Antusiasme tenaga marketing yang hilang mempengaruhi respon pembeli. Akhir cerita jelas, tim pertama tidak berhasil mencapai target penjualan.!

Akan halnya tim kedua, kondisi awalnya setali tiga uang dengan tim pertama, hari pertama mereka sangat bersemangat menjalani pameran, seluruh tenaga marketing all out menyambut konsumen, mereka dilayani dengan sepenuh hati.

Hari pertama tidak ada yang closing, demikian juga hari kedua dan beberapa hari selanjutnya. Tetapi walaupun tidak ada terjadi penjualan seluruh tenaga marketing tetap bersemangat dan antusias melayani konsumen.

Sikap ini mereka pertahankan setiap hari. Karena mereka yakin bahwa suatu saat mereka akan menemukan pembeli yang serius. Seluruh calon konsumen yang datang mereka anggap pembeli yang serius sehingga mereka dilayani dengan wajah berseri.

Sikap ini mempengaruhi pembeli, sehingga calon pembeli juga tersemangati dengan semangat tenaga marketingnya.

Sikap positif yang diperlihatkan oleh tim tenaga marketing kedua membuahkan hasil, pada akhir pameran mereka berhasil membukukan banyak penjualan, target tercapai bahkan terlampaui malah. Sedangkan tim pertama hanya berhasil menjual beberapa unit saja, jauh di bawah target.

Apa pelajaran yang dapat kita ambil pada kondisi di atas? Jawabannya ada pada Keyakinan, Belief. Keyakinan yang ada pada diri kita akan mempengaruhi sikap kita, belief yang positif akan memberikan pengaruh positif, demikian juga sebaliknya.

Kita akan menjadi apa yang kita yakini dengan sepenuh hati, kita akan menjadi apa yang kita pikirkan, setidaknya inilah kata seorang guru motivasi dunia Earl Nightingale, We Become What We Think About.

Jika Anda yakin Anda akan bisa menjual, maka penjualan hanya menunggu waktu, itulah yang dipraktekkan oleh tim penjualan kedua, sehingga mereka berhasil menjual. Sebaliknya, tim pertama tidak memiliki Keyakinan untuk menjual sehingga mereka betul-betul tidak berhasil menjual.
Happy Selling Sales Persons!!

Lihat artikel lainnya:
Belief, Kunci Sukses dalam Menjual

One thought on “Belief, Kunci Sukses dalam Menjual

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Hallo...!

Workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula akan diadakan tanggal 21 - 22 Desember 2024 di Jakarta

× Info Workshop Developer Properti