Tadi siang saya kedatangan tamu agen properti yang kebetulan juga anggota Developer Properti Indonesia (DEPRINDO). Properti yang dijual adalah proyek besar milik group raksasa di Tangerang yaitu perumahan Paramount dan Summarecon Tangerang.

Sebagai agen besar, dia memiliki puluhan sales yang menjalankan kegiatan pemasaran. Perusahaan agen properti yang dia bangun telah besar dan sistem organisasi yang sangat rapi.

Saat ini dia sedang mempersiapkan menyusun penilaian atas kinerja pegawainya. Dia bercerita atau lebih tepatnya mengeluh mengenai kinerja para sales-nya yang sangat rendah closing penjualannya.

Saya menyela ke dia, bukankah pasar memang sedang lesu karena pandemi? Dia menjelaskan bahwa pandemi semua sudah tahu, tapi dia membuktikan dia sendiri bisa jualan dan banyak closing, sementara anak buah sangat rendah.

Penilaian kinerja yang akan dibuat akan berdampak pada nilai bonus, sambil berkelakar, apa iya, nanti kinerja saya bagus sendiri sedangkan anak buah jelek. Dampaknya bonus saya paling besar sedangkan anak buah banyak yang tidak dapat.

Dalam membuat penilaian kinerja, dia membagi penilaian dengan 4 level. Level A sangat baik, Level B baik, level C cukup dan level D kurang. Level A dan Level B akan dapat bonus, sedangkan level C dan D tidak dapat. Untuk rencana penilaian ini, dia meminta pendapat ke saya.

Sebelum saya memberikan saran, dia memberikan informasi bahwa tidak ada yang keliru di anak buahnya.

Semua rajin dan semangat. Hanya tingkat closing saja yang rendah. Dia sendiri bingung karena dia bisa jualan semetara anak buah tidak banyak closing.

Mendengar bahwa tidak ada yang keliru di anak buah serta rajin dan bersemangat, spontan saya menyarankan penilaian seluruh anak buahnya di kasih nilai B. Biar semua dapat bonus. Kok bisa mas, agak kaget dengan saran saya.

Saya jelaskan bahwa hasil kinerja yang diperoleh dia pada dasarnya kinerja tim. Kalau semua semangat dan rajin, berarti hanya masalah hoki saja.

Staff sales tidak seberuntung dia. Demikian juga dari sisi organisasi, dia sebagai pimpinan tim marketing pasti memiliki privilege atau hak istimewa atau diistimewakan.

Termasuk menikmati dukungan dan layanan dari anak buah salesnya. Apa iya seluruh penjualan yang diraih atas nama dia, semua semata-mata dia yang kerjakan sendiri?

Memasang iklan sendiri, menelpon prospek sendiri, mengumpulkan berkas sendiri, bahkan mempersiapkan akad KPR  ke bank dilakukan sendiri, saya tidak yakin.

Sedikit banyak pasti melibatkan anak buah salesnya. Dan, anak buahnya pasti akan memenuhi karena dia atasan sekaligus pemilik perusahaan.

Menyuruh foto copy, mengantar berkas ke notaris, mengambil barang cetakan, bahkan menemui prospek adalah pekerjaan-pekerjaan yang lumrah dimana atasan menyuruh anak buah.

Bahkan anak buah menjalankan metode marketing bisa jadi metode dia sebagai atasan yang memberikan saran.

Saran sudah dijalankan tetapi tidak goal, berarti bukan semata-mata kesalahan anak buah. Bisa jadi sarannya tidak tepat untuk anak buah, meskipun metode yang sama justru sukses dijalankan oleh dia sendiri.

Dengan melihat anak buahnya yang bersemangat dan tetap rajin di masa sulit ini, dia seharusnya bersyukur. Mereka masih setia membantu kita adalah nilai yang tidak bisa semua diukur semata-mata dengan tingkat nilai penjualan.

Dengan memberikan nilai B, akan memberikan rasa penghargaan yang sangat menyentuh di benak sales. Sedikit banyak rasa kesal karena disuruh melulu oleh dia atau ceramah-ceramah dari dia yang sebenarnya sudah membosankan akan terobati dengan nilai yang akan memberikan bonus ini.

Memang betul, menghargai bukan semata-mata nilai uang atau bonus, uang bukan segalanya, tapi ingat, bagi sales, segalanya perlu uang. Ingat mereka tidak memiliki gaji, semua mengandalkan komisi. Bisa dibayangkan, gaji tidak ada, komisi tidak terima, bonus pun tidak sampai.

Sales tetap setia dan bersemangat adalah nilai lebih. Menjaga nilai kesetiaan staf sales dimasa sulit seperti ini mestinya lebih menjadi prioritas.

Hargai kinerja salesmu, sekecil apapun nilai penjualannya. Kita bisa berbangga atas kinerja pribadi kita, namun ada mereka para sales yang membentuk kinerja kita.

MANDOR TOMO | SEKJEN DEPRINDO

Lihat artikel lainnya:
Menyikapi Kinerja Marketing Anak Buah
Tagged on:                 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Hallo...!

Workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula akan diadakan tanggal 20-21 Januari 2024 di Jakarta

× Info Workshop Developer Properti