Pertanyaan tersebut sering saya dapatkan melalui pesan WhatsApp (WA). Terhadap pertanyaan ini tentu tidak bisa dibahas dengan WA-ria. Bisa-bisa sehari semalam saya mengetik WA saja 😀
Karena bagaimana cara memulai itulah materi workshop 2 hari yang saya adakan.
Pak boleh tahu apa saja materi workshop developer properti yang bapak adakan?
Ini pertanyaan lainnya yang sering ditanyakan oleh calon peserta workshop. Mereka menanyakan itu karena memang saya tidak membuat workshop preview. Jika ada preview tentu materi akan saya terangkan semua di workshop tersebut.
Lalu saya kirim link tentang materi workshop. Ya, saya memilih memberikan link ke website yang memuat semua detil tentang workshop, terutama tentang materi, waktu, biaya dan fasilitas yang didapatkan.
Sehingga calon peserta dapat membaca tentang materi workshop dimanapun dan kapanpun.
Dalam materi workshop itu saya memfokuskan materi tentang akuisisi lahan karena strategi mengakuisisi lahan inilah yang harus dipahami oleh seorang calon pengembang.
Kenapa strategi megakuisisi lahan sangat penting untuk seorang developer properti?
Karena pekerjaan lainnya seperti mengurus legalitas, membuat perencanaan, membangun fisik proyek, dan memasarkannya bisa diserahkan kepada orang lain.
Mengurus legalitas bisa diserahkan kepada notaris, membuat perencanaan bisa diserahkan kepada arsitek atau konsultan perencana, membangun fisik proyek bisa diserahkan kepada kontraktor, demikian juga pemasaran bisa diserahkan kepada agency marketing properti.
Dari sini dapat kita lihat bahwa menjadi developer properti bisa mengandalkan resource orang lain. Demikian juga tentang pendanaan bisa juga diserahkan kepada orang lain.
Tentang strategi pendanaan proyek bisa dilihat di postingan lain blog ini. Sudah banyak saya buat artikelnya.
Jadi prinsip saya adalah berbagi dan menyerahkan sesuatu kepada ahlinya. Lain halnya dengan mengakuisisi lahan, Anda sendiri sebagai developer harus paham betul strateginya.
Karena jika lahan sudah didapatkan, maka proyek sudah ada di depan mata untuk dikerjakan. Setengah kebutuhan modal sudah terjawab dengan adanya lahan yang sudah siap dikerjakan.
Banyak strategi mengakuisisi lahan yang bisa Anda praktekkan, diantaranya strategi pembayaran tanah dengan pembayaran bertahap, kerjasama lahan, strategi pembayaran dengan unit terjual dan lain-lain. Semua strategi ini dibahas tuntas dalam workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula.
Bisa lihat detil workshop di sini: https://workshopdeveloperproperty.asriman.com/
Di link tersebut semua materi dan keuntungan-keuntungan yang didapat bagi peserta workshop dipaparkan semua.
Dalam workshop akan dibahas semua strategi mengakuisisi lahan. Dan dari pengalaman alumni peserta workshop didapat kecenderungan bahwa strategi dengan pembayaran bertahap sesuai termin yang disepakati lebih banyak disetujui oleh pemilik lahan ketimbang strategi lainnya.
Karena strategi pembayaran secara bertahap lebih sederhana, tidak memerlukan hitungan yang rumit. Cukup disepakati harga dan bagaimana tahapan pembayaran tersebut sampai lunas. Jadi si pemilik lahan tidak perlu ikut memikirkan proyek.
Yang dia tahu hanyalah pada tanggal tertentu dia akan menerima pembayaran tanahnya. Dia tidak peduli apakah proyek lancar atau terkendala, karena itu urusan developer.
Lihat artikel lainnya:- Sampai Dimana Komitmen Mu?
- Wajib Baca Untuk Anda yang Sering Terima Penawaran Takeover Proyek
- Begini Cara Menghilangkan Mental Blok Untuk Menjadi Pengembang
- Setelah SHM Terbit AJB Tarok Dimana
- Hati-hati Jika Menerima Permintaan Rumah Ready Stock
- Show Me Your Friends, I Will Show You Your Future!
- Begini Untung Ruginya Menggunakan Kontraktor Dalam Membangun
- Dahsyatnya Uang Tunai Dalam Negosiasi Pembayaran Tanah
- Strategi Sederhana yang Bisa Membuatmu Sukses Dalam Negosiasi dengan Pemilik Lahan
- Maaf! Anda tidak akan Sukses
- DP Suka-Suka Konsumen, Bagaimana Strateginya?
- Belajar Marketing Dari Sang Owner
- Omnibus Law; IMB Dihapus dan Digantikan PBG
- Ini Dia Penyebab Developer Properti Pemula Gagal
- Mau Nego Tanah? Pasang Target Dulu, Jangan Grasa-grusu
