Pada artikel kali ini saya akan ceritakan sebuah kisah sukses seorang developer pribadi, dia seorang rekan saya, sebut saja namanya H. Rizal.

Dia sudah bertahun-tahun menggeluti pekerjaan sampingan sebagai developer pribadi di daerah Jakarta Selatan.

Dianggap pekerjaan sampingan karena dia memiliki bisnis sendiri yaitu sebagai pemilik toko emas di bilangan Jakarta Selatan.

Enaknya menjadi developer properti ya seperti yang dilakukan oleh H. Rizal ini. Bisnis utama tetap bisa dijalankan, menjadi developer properti juga bisa dilakukan.

Tetapi harus diingat bahwa menjadi developer properti sebagai sampingan hanya bisa dilakukan untuk proyek properti skala kecil. Jika membangun sebuah proyek properti dengan skala yang lebih besar membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih serius, akan beresiko jika menempatkan proyek properti skala besar sebagai bisnis sampingan.

Dua tahun yang lalu H. Rizal membeli sebidang tanah seluas 250 m2 di kawasan Tebet, Jakarta Selatan dengan harga 7 juta permeter persegi.

Dia membeli tanah ini dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pasar pada waktu itu karena tanahnya belum bersertifikat.

Setelah berkonsultasi ke Notaris bahwa dengan alas hak yang dimiliki bisa dimohonkan sertifikatnya dia memutuskan membeli tanah tersebut.

Rencananya dia akan membangun dua unit rumah untuk dijual lagi dengan masing-masing luas tanahnya 140 m2 dan 110 m2 dengan luas bangunan masing-masing 132 m2.

Melihat proses yang dilakukan ini biaya-biaya yang diperlukannya untuk membeli dan mengurus tanah sampai dengan perijinan tanah tersebut adalah:

  • Harga pembelian tanah, 250 m2 x 7 juta = 1.750.000.000,-
  • Jasa Notaris, 1% x 1.750.000.000,- = 17.500.000,-
  • Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) = 5% x (1.750.000.000 – 80.000.000) = 83.500.000,-
  • Biaya pengurusan sertifikat dan jasa Notaris = 25.000.000,-
  • Biaya pemecahan sertifikat dan jasa pengurusannya = 10.000.000,-
  • Biaya pembuatan disain rumah dan biaya jasa pengurusan 2 unit IMB = 40.000.000,-
  • Biaya kontruksi rumah 2 lantai dengan spesifikasi mewah adalah 4,5 juta/m2, sehingga untuk dua unit rumah dengan luas masing-masing 132 m2 adalah = (132 m2 x 2 x 4.500.000,-) = 1.188.000.000,-

Sehingga biaya yang dikeluarkan seluruhnya adalah 3.114.000.000,- rupiah.

Setelah selesai rumahnya kemudian dipasarkan dengan cara konvensional saja yaitu dengan membuat banner rumah dijual di lokasi, ngga perlu ribet urusan pemasaran.

Doi juga tipe orang yang efektif, tidak menerima jasa perantara karena toh jumlah unit yang dijual cuma dua unit. Sekali-sekali dia juga memasang iklan di koran dengan biaya ngga sampai 200.000 rupiah sekali terbit.

Artinya dengan harga rumah yang sangat tinggi biaya seperti ini bisa dianggap tidak ada.

Saya ingin mengetes pandangan anda tentang harga rumah ini, menurut anda berapa harga rumah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, yang berlokasi di jalan selebar 6 meter dengan tipe 132/140 atau luas bangunan 132 m2 dan luas tanah 140 m2?

Dengan melihat biaya pokok yang dikeluarkan oleh pemiliknya yang kurang lebih 3.114.000.000,- rupiah untuk 2 unit rumah mungkin menurut anda harga 3 milyar rupiah sudah cukup bagus untuk satu unit. Anda salah!

Rumah ini ditawarkan dengan harga 6,5 milyar per-unitnya. Ya, anda tidak salah baca dan sayapun tidak salah menulis. Harga rumah ini adalah 6,5 milyar per-unit dengan demikian H. Rizal memperoleh penjualan 13,5 milyar dari kedua unit rumahnya.

Luar biasa bukan? Bermodalkan 3,114 milyar saja, dalam jangka waktu 2 tahun memperoleh omset 13,5 milyar. Andapun bisa melakukannya asalkan anda cerdas dalam menilai properti.

Dan satu lagi yang tidak kalah penting adalah berkenalanlah dengan sebanyak mungkin broker properti yang beroperasi di sekitar lokasi incaran anda. Kemudian jika sudah mendapatkan properti yang bagus jangan lupa jasa broker yang menawarkan tanah kepada anda.

Karena apabila anda mampu menunjukkan bahwa anda adalah orang yang bisa dipercaya maka biasanya broker properti dengan senang hati akan menawarkan lagi apabila mereka menemukan ada properti yang bagus.

Jangan pernah ada niat untuk mencurangi broker anda karena suatu saat anda akan kena karmanya.

Saya juga mengenal ada developer kecil-kecilan yang juga sering melakukan bisnis properti dengan pola yang sama dengan H. Rizal. Awalnya dia sering memperoleh properti yang bagus tetapi akhirnya dia tidak pernah lagi menerima penawaran properti dari broker karena dia pernah berbuat curang terhadap broker.

Modusnya yaitu dengan cara menolak penawaran tanah dari broker setelah melihat propertinya, namun diam-diam dia mencari jalan sendiri dalam usaha membeli tanah ini.

Akhirnya dia menemukan pemiliknya dan transaksipun terjadi. Tapi si broker tetap tahu transaksi ini karena si pemilik adalah tipe orang setia dikarenakan hubungan baik dengan broker.

Broker properti dengan jaringan yang dimiliki tentu dengan mudah dapat menyebarkan prilaku jelek si pembeli sehingga dia tidak lagi mendapatkan penawaran properti.

Dia bisa saja mencari sendiri propertinya tapi sumber informasi properti tetap lebih banyak dari broker karena sudah pekerjaan brokerlah tiap hari mencari informasi properti.

Lihat artikel lainnya:
Cerita Sukses Seorang Developer Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Hallo...!

Workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula akan diadakan tanggal 20-21 Januari 2024 di Jakarta

× Info Workshop Developer Properti