Seorang developer harus terus berfikiran untuk maju ke depan
Setelah Anda memiliki success story untuk satu proyek, diharapkan Anda tidak berhenti dan merasa puas di proyek pertama. Sekarang saatnya anda beranjak ke proyek berikutnya.
Sewajarnyalah Anda memikirkan proyek dengan skala yang lebih besar.
Misalnya di proyek pertama Anda berhasil mengembangkan perumahan dengan luas tanah 5.000 meter persegi (m2), maka selanjutnya Anda harus berani mengembangkan proyek dengan skala yang lebih luas.
Kenapa? Di sebuah proyek properti, luas tanah 5.000 m2 dan 3 hektare atau 6 hektare atau bahkan lebih, proses pelaksanaan proyek tetap sama, dan kalau mau dihitung pusingnyapun tetap sama.
Langkah awalnya tetap mengurus legalitas, lalu mengurus perijinan dan membangun fisiknya, lantas dijual. Itu saja. Perbedaannya hanya pada proses perijinan, dimana untuk luasan tertentu diperlukan jenis perijinan terentu.
Misalnya untuk luasan 6 hektare diperlukan UKL/UPL (Usaha Pengelolaan Lingkungan/Usaha Pemantauan Lingkungan), sementara untuk luasan proyek yang lebih kecil dari 5 hektare tidak diperlukan ijin tersebut, butuhnya Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) saja.
Untuk proyek perumahan dengan skala yang lebih luas, taroklah 10 hektar ke atas, maka untuk izin lingkungan diperlukan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
Selanjutnya untuk membangun fisik proyek (unit) tetap dilakukan per-unit. Lainnya, ditagih materialpun tetap sama, seperti ditelepon malam-malam saat anda makan malam dengan keluarga, ditelepon saat anda piknik bareng keluarga hari Minggu. Hehehe.
Selanjutnya, mengajukan sambungan PLN-pun sama, membangun perkerasan jalan juga sama, mengurus kontraktor juga sama. Jadi sama saja bukan?
Kalau boleh memilih Anda harus membangun proyek besar sekalian. Hanya saja tentu saja modal yang dibutuhkan lebih besar.
Nah, untuk mewujudkan itu semua anda tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri lagi. Karena bagaimanapun tenaga dan energi anda ada batasnya.
Anda akan kelimpungan jika mengurus proyek yang lebih besar seorang diri. Oleh karena itu Anda harus memiliki tim yang solid. Anda harus membangun super team bukan menjadi Superman. Karena superman is dead!
Temukan orang yang tepat
Salah satu langkah Anda untuk membangun super team adalah dengan menemukan orang yang tepat. Jika Anda akan membentuk tim yang terdiri dari karyawan, maka mereka harus memiliki semangat dan keterampilan kerja dan kompetensi yang bisa mewujudkan visi dan misi Anda.
Selanjutnya, jika anda membutuhkan partner bisnis, maka Anda harus menemukan partner bisnis yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Anda. Sehingga anda bisa bersinergi dengan partner bisnis Anda.
Lakukan perekrutan
Tidak ada jalan lain anda harus melakukan perekrutan. Perekrutan bisa dilakukan dengan referensi atau dengan perekrutan terbuka.
Perekrutan referensi lebih mengandalkan informasi dari orang yang sudah Anda kenal, sedangkan perekrutan terbuka dilakukan dengan pengumuman terbuka, bisa melalui media massa seperti koran, majalah properti, bisa juga melalui grup-grup diskusi, media sosial dan lain-lain.
Setelah mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kriteria, lalu Anda lakukan seleksi. Sebaiknya seleksi dilakukan oleh tim human resource department (HRD) supaya bisa mendapatkan kandidat yang betul-betul sesuai dengan yang diinginkan.
Bekerjasama dengan lembaga psikologi
Selain itu perekrutan juga bisa dilakukan bekerjasama dengan lembaga psikologi. Anda tinggal menetapkan kriteria karyawan yang diinginkan, kemudian para psikolog di lembaga tersebutlah yang menetapkan metode test-nya sehingga mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan.
Kalau mau murah Anda bisa bekerjasama dengan kampus yang memiliki departemen psikologi. Biasanya kampus menetapkan biaya yang lebih murah. Karena kampus bisa memanfaatkan tenaga mahasiswa sambil praktek. Sekurangnya ini pengalaman saya. Hehehe.
Tetapi jangan kaget, karena lumrah terjadi Anda tidak menemukan tim yang tepat di waktu-waktu awal Anda membangun tim. Jangan khawatir, nantinya Anda akan menemukan orang yang tepat di bisnis Anda.
Seleksi alam akan terjadi, dimana anggota tim yang tidak selaras akan berpisah dengan sendirinya dan orang yang cocok akan bertahan dan berkomitmen mewujudkan visi dan misi Anda. Pertahankanlah mereka yang cocok karena itulah aset Anda.
Tempatkan di tempat yang tepat
Setelah menemukan orang yang tepat lalu tempatkan mereka di tempat yang tepat.
Tempat yang tepat maksudnya adalah bidang yang sesuai dengan keahlian mereka sehingga dia bekerja dengan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Anda bisa menempatkan langsung pada saat perekrutan atau menempatkan mereka setelah berjalannya waktu. Karena adakalanya orang yang telah sesuai dengan visi misi anda tetapi mereka berada di tempat yang tidak tepat.
Tugas andalah mengeluarkan kemampuan terbaik mereka dengan menempatkan mereka di tempat yang sesuai dengan passion mereka.
Tawarkan bagi hasil keuntungan perusahaan
Cara selanjutnya untuk membentuk tim kerja yang solid adalah tawarkan mereka bagi hasil terhadap keuntungan perusahaan.
Dengan demikian mereka merasa tidak hanya sedang memajukan perusahaan anda tetapi mereka merasa sedang memperjuangkan nasib mereka juga.
Strategi ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar, contohnya Google memberikan bagian saham kepada chief executive officer (CEO) mereka Eric Schmidt pada saat awal-awal Google didirikan (sekarang Eric adalah Executive Chairman of Alphabet, Inc., induk perusahan Google).
Contoh lainnya Nissan-sebuah pabrik mobil asal Jepang-juga memberikan saham kepada CEO-nya Carlos Ghosn. Tak tanggung-tanggung nilainya mencapai ratusan milyar!
Ya, itulah salah satu cara perusahaan untuk mempertahankan orang terbaik agar tetap dalam tim mereka.
Tapi tidak usahlah mencari contoh ke negeri orang, contoh negeri sendiripun banyak. Salah satunya Rumah Makan Sederhana, sebuah restoran masakan padang. Sejak dari dulu, jauh sebelum ada Google restoran ini sudah menerapkan bagi hasil untuk karyawannya.
Sehingga mayoritas karyawannya bertahan kerja dalam jangka waktu yang lama.
Nah, strategi ini tidak ada salahnya anda terapkan juga di tim anda. Berikan bagian saham kepada karyawan Anda. Atau dalam tataran yang lebih kecil Anda bisa memberikan bagian keuntungan proyek kepada para karyawan Anda.
Mengenai besaran bagi hasilnya terserah Anda, bisa 10% atau 20%.
Nanti karyawan anda menerima bagian sesuai dengan perannya masing-masing secara proporsional. Misalnya seorang manejer proyek tentu beda besarnya dengan staf administrasi.
Penulis: Asriman A. Tanjung, ST
Penulis buku Cara Benar Meraih Sukses Di Bisnis Properti yang diterbitkan Gramedia
Pendiri DEPRINDO (Developer Properti Indonesia), asosiasi developer properti yang sudah diakui pemerintah
Pemilik asriman.com, blog properti nomor 1 di Indonesia
Lihat artikel lainnya:
- Cara Mudah ‘Mengakali’ Kebutuhan Modal Untuk Membangun Proyek Properti
- Perijinan untuk Perumahan: Izin dari Badan Lingkungan Hidup (AMDAL/UKL-UPL)
- Cerita Sukses Seorang Developer Pribadi
- Ini Dia Halangan Menjadi Developer Properti Bagi Pemula dan Cara Mengatasinya
- Ini Dia Daftar Lengkap Perijinan Perumahan yang Dihilangkan, Digabung dan Dipercepat
- Ini Yang Diperhatikan Ketika Anda Akan Membeli Rumah Baru Dari Developer
- Inilah Kenapa Anda Harus Menekuni Bisnis Developer Properti
- Ini Dia Halangan Menjadi Developer Properti Bagi Pemula
- Mau Nego Tanah? Pasang Target Dulu, Jangan Grasa-grusu
- Metoda Pelaksanaan Proyek, Swakelola atau Sub-kan ke Kontraktor
- Menjadi Karyawan Developer Properti Lebih Dulu, Langkah Mudah Menjadi Pengembang
- Jangan Lupa Perhatikan Lebar Akses Jalan ke Proyek Anda
- Ini Perijinan yang Wajib Anda Urus untuk Memulai Proyek Properti
- Anda Wajib Tahu Cara Menganalisa Lahan. Jangan Pernah Salah!
- Begini Cara Menganalisa Harga Tanah yang Layak Dijadikan Proyek