Kalibata City adalah sebuah hunian superblok untuk masyarakat menengah ke bawah, yang berlokasi di Jl. TMP. Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.
Kalibata merupakan lokasi yang amat strategis karena dekat dengan pusat bisnis dan perkantoran, seperti Jalan Gatot Subroto, MT Haryono, Rasuna Said, dan Sudirman.
Tentu saja, dengan lokasi yang hanya 5 menit berkendara ke simpangan Pancoran, orang yang tinggal di Kalibata City mudah kemana-mana, karena di Pancoran tersedia pintu tol. Jadi tinggal di Kalibata City mudah akses ke bandara, ke luar kota, dan kemanapun.
Sejarah nama Kalibata
Jika ditilik dari sejarah, kenapa daerah ini dinamakan Kalibata? Konon dahulunya, daerah ini berupa kali atau sungai yang penuh dengan bebatuan, termasuk batu bata yang lazim digunakan untuk membangun dinding rumah.
Sehingga orang-orang menamakan daerah itu Kalibata. Masuk akal sih.
Lokasi pabrik sepatu merk Bata
Sebelum dibangun komplek hunian terpadu dengan bernama Kalibata City, dulunya lokasi tersebut adalah lokasi pabrik sepatu merk Bata, kenal semua ya.
Entah kebetulan mereknya Bata, pabriknya di Kalibata. Merk Bata ini merupakan salah satu produk alas kaki yang sangat dikenal sejak dahulu, baik berupa sepatu ataupun sandal.
Baca juga: Ini jadwal workshop developer properti bagi pemula
Pabrik Bata ini sudah lama menempati area tersebut, yaitu sejak tahun 1940. Sebuah perjalanan yang amat panjang .
Pada 2008, manajemen Bata memutuskan untuk menjual lahan pabriknya. Alasannya, lokasi tersebut sudah tidak kondusif untuk pabrik, karena dekat dengan permukiman warga.
Lahan seluas 12ha itu dijual oleh manajemen pabrik Bata. Harganya waktu itu lebih dari 100 milyar rupiah.
Lalu dana itu digunakan untuk membangun pabrik baru di Purwakarta, Jawa Barat.
Agung Podomoro sebagai pengembang Kalibata City
Lalu Agung Podomoro Grup melalui anak usahanya PT. Pradani Sukses Abadi dan Synthesis Development membangun 12.500 unit apartemen yang terangkum dalam 18 tower dan dibagi dalam 3 jenis hunian, yaitu:
- Kalibata Residence (Akasia, Borneo, Cendana, Damar, Ebony,Flamboyan,dan Gaharu), 7 tower.
- Kalibata Regency (Herbras, Jasmin, dan Kemuning), 3 tower.
- Green Palace (Lotus, Mawar, Nusa Indah, Palem, Raffles, Sakura,Tulip, dan Viola), 8 tower. Unit apartemen di Green Palace ini lebih mahal, yang diperuntukkan bagi menengah atas. Harganya mungkin sekarang sudah di atas 600 juta rupiah untuk yang 2 kamar. Di Green Palace ini lengkap sekali fasilitas seperti kolam renang, arena bermain, dll.
Masing-masing tower terdiri dari 21 lantai dengan bagian bawah gedungnya dibangun Kalibata Square yang merupakan pusat perbelanjaan atau shopping center.
Masa awal pemasaran Kalibata City
Pada masa awal pemasaran bulan Juli tahun 2008, unit terkecil dipasarkan dengan harga Rp88 juta. Lalu unit dua kamar dijual dengan harga Rp144 juta.
Karena lokasi yang sangat strategis dan harga yang amat terjangkau maka waktu itu unit-unit di Kalibata City ini laku keras. Penjualan sukses. Orang berbondong-bondong membeli unitnya.
Apalagi apartemen dibangun oleh pengembang besar. Siapa yang tak kenal dengan Agung Podomoro? Sebuah perusahaan developer properti yang dinakhodai oleh Trihatma K. Haliman yang sukses mengembangkan proyek-proyek prestisius seperti Senayan City, superblock Central Park Podomoro City seluas 21ha di Jakarta Barat, Kuningan City di area segitiga emas Kuningan, Jakarta Selatan.
Selain masih banyak lagi proyek-proyek baik berupa landed ataupun berupa hunian vertikal. Seperti Kelapa Gading Nias sebuah komplek apartemen dengan 8000 unit di area Kelapa Gading, Apartemen Permata Hijau Residence, Apartemen Pakubuwono di Jakarta Selatan, perumahan Green Permata dan Permata Mediterania di Jakarta Barat. Dan masih banyak lagi proyek-proyek Agung Podomoro di seluruh Indonesia.
Selain harga terjangkau kelebihan lainnya Kalibata City adalah fasilitasnya lengkap seperti pusat perbelanjaan dan area publik lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk fasilitas umum seperti untuk sekolah, tempat ibadah, kafe, restoran, arena olahraga dan peruntukan lainnya.
Tidak hanya itu kelebihan Kalibata City, kelebihan lainnya adalah konsep yang diusung dalam pengembangannya yaitu kehidupan perkotaan modern yang dipadukan dengan lingkungan hijau yang asri.
Dimana hal itu dibuktikan dengan dibangunnya hutan kota seluas 7000 meter beserta jogging track dan adventure park yang di dalamnya juga terdapat taman hijau seluas 1,2 hektar yang bisa dijadikan untuk arena refreshing dan permainan seperti mini outbound dan lain-lain.
Karena kesimbangan alam yang dibangun dalamnya Kalibata City mendapat penghargaan dari FIABCI (organisasi global industri real estate dan properti bergengsi yang berbasis di Paris) sebagai apartemen sejahtera terbaik.
Penghargaan tersebut karena Kalibata City telah menciptakan affordable public residential superblock untuk mengatasi masalah perkotaan seperti kurangnya ruang-ruang terbuka, kemacetan dan masalah lainnya.
Selain untuk tempat tinggal, Kalibata City juga banyak dijadikan sebagai aset yang menghasilkan income karena bisa disewakan harian sebesar Rp350.000 hingga Rp400.000,-. dan jika disewakan tahunan bisa mencapai 40 juta setahun.
Karena bisa disewa harian ini Kalibata City menjadi tempat tinggal dari berbagai golongan masyarakat.
Karenanya di situ tak sulit menemukan orang dengan berbagai latar belakang, ada yang berasal dari Timur Tengah, mulai dari yang menggunakan hijab sampai dengan menggunakan burka, kerap dijumpai.
Selain juga tak sulit menemukan WNA dari Afrika, Eropa, Tionghoa dan dari negara lainnya.
Tapi kemudahan menghuni ini punya dampak negatif, bisnis gelap muncul, mulai dari prostitusi dan bisnis lainnya. Beritanya menghiasi media massa.
Ini amat logis karena 12.500 unit apartemen bisa menampung lebih dari 50.000-an orang dengan berbagai macam model dan latar belakang. Jika dibangun perumahan dengan 12.500 unit, bisa membutuhkan lahan sampai dengan 200 hektar.
Dulunya proyek Kalibata City ini merupakan bagian dari Program 1.000 Tower hunian yang diperuntukkan bagi MBR atau masyarakat berpenghasilan rendah di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dikenal dengan nama rusunami, atau rumah susun sederhana milik.
Jadi apartemen ini bisa diperjual-belikan. Beda dengan rusunawa yang hanya bisa disewa. Rusunawa biasanya pemiliknya adalah pemda setempat. Orang yang tinggal di situ hanya boleh menyewa saja.
Tapi program tersebut gagal karena di tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global yang menghantam semua sektor tak terkecuali sektor properti. Maka, apartemen yang semula untuk MBR ini berubah menjadi apartemen biasa yang bisa dibeli oleh siapapun.
Tak heran saat ini parkiran mobil selalu penuh karena yang tinggal di apartemen tersebut bukan para MBR tetapi orang yang sanggup membeli mobil. Apa boleh buat, taik kambing bulat-bulat.
Lihat artikel lainnya:- Masyarakat Yang Memiliki Penghasilan Rp6 Juta-an Bisa Dapat Subsidi KPR Sampai Dengan Rp40 Juta
- Apakah Townhouse Itu?
- Lokasi Itu Memang Sudah Ramai Tapi Belum Cocok Dibangun Apartemen. Mungkin 10 Tahun Lagi Baru Pas. Perhatikan Hal-hal Ini
- Sejarah Blok M dan Kawasan Perumahan Kebayoran Baru
- Strategi Menganalisa Segmentasi Pasar untuk Membangun Proyek Properti
- Berapa Sebaiknya Lebar Jalan Akses Sebuah Perumahan?
- [TRUE STORY] Tanahnya Lebih Jauh, Tapi Harganya Lebih Mahal. Lupakan Saja
- Sejarah Perumahan Bintaro Jaya, Sebuah Kota Satelit di Selatan Jakarta
- Tips Properti: Cara Mudah Menganalisa Segmentasi Pasar dan Besarnya Pangsa Pasar Yang Bisa Diperoleh
- Cara Melihat Ketersediaan Market, Faktor Penting Supaya Proyekmu Sukses
- Apakah Sunrise Property itu?
- Begini Cara Menyampaikan Keunggulan Kompetitif Produk Perumahan kepada Konsumen
- Pentingnya Menguasai Product Knowledge bagi Tenaga Marketing
- Mengenal Berbagai Macam Produk Bisnis Properti
- Lokasi yang Kurang Bagus untuk Dibangun Perumahan
Tksh infonya sungguh lengkap