Trump Memenangi Pilpres Amerika

Donald Trump adalah presiden Amerika yang ke-45 setelah pada pemilihan presiden pada tahun 2016 mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Ia dilantik menjadi presiden pada tanggal 20 Januari 2017.

Ia adalah salah satu pebisnis real estate paling terkemuka di Amerika. Awalnya ia belajar berbisnis real estate dari ayahnya Fred Trump yang menjadi pengembang permukiman bagi MBR-nya Amerika.

Setelah beberapa lama ia bersama ayahnya lalu ia memulai bisnis real estate-nya sendiri yang mengantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di Amerika dan mengantarkannya menjadi presiden dari negara paling berkuasa di dunia. Amerika.

Sejarah Orang Tua Donald J. Trump

Ibu Trump adalah Mary MacLeod lahir tahun 1912 di Scotlandia, lalu pada tahun 1930 Mary berimigrasi ke Amerika dengan menaiki kapal SS. Transylvania.

Di Amerika dia bertemu dengan Fred Trump, seorang pebisnis konstruksi dan pengembang properti. Ia putra dari imigran asal Jerman. Pada waktu mudanya Fred Trump membangun perumahan sederhana di New York City.

Ketika kakek Donald Trump, Friedrich Trump meninggal, pada sekitar tahun 1917 ia meninggalkan tanah yang luas. Lalu tanah tersebut dikelola oleh istri dan anaknya, Fred Trump. Fred Trump yang waktu itu masih sangat muda, mengembangkan perumahan pertamanya pada saat ia masih berumur 17 tahun.

Lalu lanjut membangun proyek selanjutnya dari keuntungan proyek pertama. Demikian Fred Trump terus mengembangkan proyek-proyek perumahan di New York City. Ia terus membeli lahan-lahan kosong untuk kemudian dibangun perumahan.

Selain itu Fred Trump juga rajin membeli rumah-rumah yang akan disita karena pemiliknya tidak sanggup membayar pinjaman, dengan harga yang murah tentu saja.

Kenapa pemilik rumah tidak sanggup melunasi pinjaman? Karena waktu itu Amerika sedang dilanda krisis ekonomi. Tetapi kondisi itu malah menguntungkan bagi Trump karena ia punya uang, ia membeli banyak sekali properti, sehingga ia muncul sebagai pebisnis muda yang paling sukses di kotanya waktu itu.

Ketika ekonomi sudah mulai membaik Trump membeli lebih banyak lagi properti dan membangun lebih banyak perumahan. Pada tahun 1935 ia mulai fokus di Brooklyn.

Suatu hari ia menghadiri pesta lokal, di sanalah ia bertemu dengan Mary MacLeod, seorang imigran dari Scotlandia. Mereka merasa ada kecocokan, lalu setahun kemudian pada tahun 1936 mereka menikah.

Setelah menikah bisnis real estat Fred Trump semakin maju, sementara Mary hanya berfokus menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi anak-anaknya. Salah satunya adalah seorang laki-laki yang lahir pada tanggal 14 Juni 1946 yang diberi nama Donald John Trump. Ia merupakan anak laki-laki ke empat di keluarga itu.

Trump Masa Kecil Hingga Universitas

Donald tumbuh menjadi anak yang nakal, pada tahun 1959 ayahnya mengirimnya ke akademi militer di New York. Di akademi militer tersebut Trump menjadi disiplin, Trump selalu ingin menjadi yang nomor satu di segala bidang.

Jika ada nilai temannya lebih tinggi darinya ia langsung menuduh bahwa temannya itu pasti berbuat curang. Di samping itu ia mempunyai sikap suka pamer dan bermulut besar. Ia suka membangga-banggakan orang tuanya. 

Trump lulus dari New York Military Academy pada tahun 1964, lalu ia mendaftar di Fordham Unversity, dekat tempat tinggalnya, lalu karena ia merasa ada yang kurang di Fordham University pada tahun kedua kuliah ia pindah ke University of Pennsylvania. Ia lebih tertarik menjadi seperti ayahnya, seorang pebisnis real estate ketimbang menjadi tentara dan terjun ke medang perang.  

Sebelum Trump masuk universitas ia sudah diperkenalkan dengan bisnis real estat oleh ayahnya. Saat itu ia di bawa oleh ayahnya ke Cincinnati dimana ayahnya baru saja membeli sebuah kompleks apartemen dengan 1200-an unit. Fred dengan sengaja meninggalkan putranya tersebut di Cincinnati selama semingu. Sehingga Trump dapat belajar tentang bisnis real estate.

Mulai Bersinggungan Dengan Real Estate Ikut Bokap

Setelah lulus dari universitas Fred meminta agar Donald bergabung dengannya secara penuh di Brooklyn dan membangun Trump Village di bawah bendera Trump Management yang didirikan ayahnya. Dimana Trump Village adalah komplek apartemen paling tinggi waktu itu yaitu setinggi 73 lantai.

Dimana pada tahun 1971 saat berusia 25 tahun, Trump diangkat menjadi presiden di Trump Management dan ayahnya sebagai ketua. Dengan demikian, pada usia yang masih amat mudah ia mengawasi 14.000 unit apartemen di bawah Trump Management.

Dalam megelola bisnisnya tersebut Fred berpesan kepada Donald agar selalu berpegang teguh kepada 3 hal yaitu; bekerja keras, bersikap rendah hati dan penuh syukur. Dan sebuah rumus sakti yang terbukti jitu yaitu; membangun perumahan bagi kelas menengah di Queens, State Islands dan Brooklyn.

Impian Trump Lebih Besar

Lama kelamaan Trump merasa bosan berada di bawah bayang-bayang ayahnya, ayahnya telah menghasilkan uang dengan membangun permukiman untuk warga kelas menengah ke bawah di Brooklyn sementara di seberang sana, di Manhattan telah muncul banyak sekali gedung-gedung pencakar langit, terutama dengan diresmikannya World Trade Center pada bulan April 1973. Presiden Nixon membanggakan bahwa momen tersebut sebagai dimulainya era revitalisasi perdagangan internasional.

Impian Trump melambung lebih tinggi dari apa yang sudah diperoleh oleh ayahnya. Ia meyakini betul bahwa impiannya tidak akan pernah terwujud jika ia juga hanya membangun permukiman untuk kalangan menegah di pinggiran New York City seperti yang dilakukan ayahnya.

Grand Hyatt; Perjalanan Bisnis Donald Trump di Real Estate Dimulai

Ketika Donald Trump memutuskan memulai bisnis propertinya sendiri ia mengajukan penawaran untuk membeli beberapa properti di lingkungan Penn Central yang merupakan stasiun kereta api raksasa yang sedang bangkrut. Salah satunya adalah Hotel Commodore yang merupakan hotel yang sudah sangat tua dan lapuk. Tetapi Trump mampu melihat bahwa hotel ini adalah mutiara yang terpendam yang tak seorangpun melihatnya.

Hotel Commodore dengan 1.900 jumlah kamar adalah salah satu hotel terbesar di New York waktu itu, namun kondisinya amat memprihatinkan. Hotel itu merugi $1,5juta pertahun dan akan ditutup pada tahun 1976. Berapa nilai hotel tersebut? Menurut seorang pakar real estate waktu itu menaksir harga hotel tersebut adalah harga tanahnya dikurangi dengan biaya penghancuran. Artinya bangunannya sudah tidak ada harganya.

Sebelas dua belas dengan pendapat ayahnya, Fred Trump, bahwa membeli Hotel Commodore adalah seperti memperebutkan sebuah kursi di kapal Titanic yang sedang tenggelam. Artinya properti itu sudah tidak ada harganya.

Tetapi sebagai seorang ayah dia selalu ada untuk membantu sang anak jika sang anak membutuhkan. Dia menjamin dengan ekuitasnya sendiri terhadap pinjaman konstruksi kepada Manufacturers Hanover Trust sebuah lembaga pembiayaan. Ia meyakinkan kreditur bahwa ia akan membayarnya jika Donald gagal membayar.

Setelah terjadi kemelut panjang antara Donald Trump dengan berbagai pihak terutama pemerintah kota yang menolak permintaan Trump untuk mendapat pembebasan pajak. Akhirnya Trump dapat membeli Hotel Commodore.

Proses renovasi hotel 26 lantai tersebut betul-betul sulit, lebih sulit dari yang dibayangkan sebelumnya. Biaya membengkak, kulit bangunan yang awalnya terbuat dari semen dilapisi dengan kaca, seluruh lantai dikerok dan dibersihkan.

Trump turun langsung memimpin proyek pertamanya, ia selalu sok tahu dan luar biasa percaya diri. Demikian para pekerja konstruksi yang berpengalaman menilai Trump waktu itu.

Setelah melakukan pekerjaan renovasi yang memakan waktu cukup lama akhirnya hotel dengan 1.400 kamar tersebut selesai. Donald Trump bekerjasama dengan Grand Hyatt sebagai operator hotelnya dan dibuka pada tanggal 25 September 1980. Tarifnya adalah $115 sampai dengan $330 semalam.

Karena kerajaan bisnisnya sudah semakin besar dan hutang juga terus menumpuk maka di tahun 1996 ia terpaksa menjual sahamnya di Grand Hyatt yang melambungkan namanya. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung sampai $412 juta atau senilai 6 Trilyun lebih dengan kurs sekarang. Dimana sebagian besar uang tersebut terpakai untuk melunasi hutangnya yang miliaran dolar.

Selanjutnya: Cerita Sukses Trump Tower

Project selanjutnya adalah Trump Tower, sebuah gedung super mewah ikonik setinggi 68 lantai. Lima lantai pertama merupakan pusat perbelanjaan kelas atas, 11 lantai di atasnya untuk perkantoran dan 38 lantai di atasnya lagi adalah kondominium supermewah.

Trump Tower bermula pada tahun 1978 Trump mengetahui bahwa sebuah toko swalayan yang menjual barang-barang untuk wanita kelas atas bernama Bonvit Teller sedang mengalami masalah akut. Dan terbuka untuk dibeli.

Skema kepemilikan di lokasi itu terdiri dari 3 pihak, pertama hak sewa yang dipegang oleh seorang konglomerat bernama Genesco, kemudian hak atas tanah yang dimiliki oleh raksasa asuransi Equitable dan udara di atasnya dikuasai oleh Tiffany & Co., sebuah perusahaan perhiasan ikonik yang gedung utamanya di sebelah Bonvit Teller.

Chase Manhattan Bank bersedia membantu Trump untuk membelinya dan menyediakan uang lebih dari $100 juta untuk konstruksinya.

Kali ini Trump lebih mudah mendapatkan pinjaman karena Grand Hyatt sudah hampir selesai. Dan Trump pun membujuk pemilik tanahnya, Equitabel untuk kerjasama dan mendapatkan 50% saham di proyek tersebut.

Trump Tower sukses besar. Kondominiumnya yang berjumlah 266 unit yang mulai dipasarkan pada akhir tahun 1982 habis terjual. Harga unitnya lumayan mahal, $500.000 untuk unit 1 kamar tidur, sehingga Trump memperoleh fresh money sebesar $277 juta, jumlah ini cukup untuk membayar seluruh pengeluaran untuk pembangunan gedung.

Trump Parc East

Saat pembangunan Trump Tower terus berjalan, Trump terus mengembangkan bisnisnya. Proyek selanjutnya adalah Trump Parc East sebuah hotel dengan 950 kamar dan apartemen 15 lantai yang dinamai Trump Parc.

Tetapi hotel dan apartemen ini bukan dibangun dari awal tetapi dibelinya sudah jadi, awalnya ia berencana untuk merobohkan kedua bangunan tersebut dan membangun kembali menjadi hotel dan apartemen mewah.

Namun rencananya mendapat perlawanan dari penyewa, sehingga rencananya batal dan ia hanya merenovasi hotel dan apartemen tersebut.

Grand Hyatt membuat Trump terkenal di New York sedangkan Trump Tower membuatnya terkenal di mana-mana. Namanya pun masuk dalam deretan 400 orang terkaya di Amerika versi majalah Forbes, dimana kekayaan Trump mencapai $100 juta.

Trump Plaza Hotel & Casino

Proyek selanjutnya adalah Trump Plaza Hotel & Casino di Atlantic City. Sebuah bangunan hotel dan casino 39 lantai yang terdiri dari 614 kamar. Gedung ini menjadi bangunan paling tinggi di kota itu.

Pembiayaan pembangunan proyek ini awalnya dari Harrah’s, sebuah anak usaha dari Holiday Corp, anak perusahaan Holiday Inn, yang bersedia menginvestasikan $50 juta di depan untuk konstruksi, serta memperoleh hak mengelola hotel dan casino ketika selesai dibangun. Hotel dan casino ini awalnya diberi nama Harrah’s at Trump Plaza.

Kisah di Trump Plaza Hotel dan Casino ini cukup dramatis. Di tahun pertama operasional casino tidak memberikan keuntungan seperti yang diproyeksikan. Trump menuduh operator yang kurang cakap mengelola casino dan nama casino juga tidak menjual.

Lalu Trump mengajukan tuntutan ke pengadilan. Setelah saling tuntut, pihak Harrah’s melepas sahamnya yang 50% yang memberikan Trump kepemilikan penuh atas hotel dan casino tersebut. Lalu namanya diubah menjadi Trump Plaza Hotel & Casino.

Karena tidak sanggup membayar hutang, Plaza Hotel dan Casino ini memohonkan status bangkrut pada tahun 1992.

Trump Castle Hotel & Casino

Properti selanjutnya milik Trump adalah Trump Castle Hotel & Casino, masih di Atlantic City. Sebuah arena casino seluas 5.500 m2 dan hotel dengan 615 kamar. Ia membeli ini dari Barron Hilton pada tahun 1985. Dimana Barron Hilton terpaksa menjual hotel dan casino yang baru dibangunnya karena lisensi casinonya ditolak oleh Komisi Pengontrol Casino karena keterkaitan Hilton dengan pengacara kelompok kejahatan ternama waktu itu.

Itu terjadi hanya 3 bulan menjelang pembukaan dimana Barron Hilton sudah merekrut 1.000 orang pekerja untuk mengoperasikan casinonya. Datanglah tawaran dari Donald Trump yang terpaksa ia terima. Harganya cukup mahal, $320 juta atau sekitar 4 trilyun rupiah.

Trump Castle Hotel & Casino ini mengajukan permohonan pailit pada tahun 1992 karena tidak sanggup membayar hutang.

Trump Taj Mahal yang Amat Mahal

Ambisi Trump tidak pernah berhenti, ia ingin memiliki properti selanjutnya yang lebih besar. Peluang datang ketika pembangunan sebuah hotel dan casino terhenti karena si pemilik meninggal. Ia membeli saham di Resorts Internasional yang merupakan pemilik proyek tersebut pada tahun 1987, kelak hotel dan casino tersebut dinamakan Trump Taj Mahal. Sebuah hotel dan casino megah yang memiliki gedung hotel setinggi 42 lantai, 1.200 kamar dan casino seluas 11.200 m2 dan mempekerjakan 5.800 karyawan.

Dengan berhasil mengambil alih proyek Taj Mahal ini Trump mencapai puncaknya waktu itu. Dan di tahun itu juga ia menerbitkan bukunya yang pertama, Trump: The Art Of The Deal.

Trump Taj Mahal inipun harus mengajukan pailit ke pengadilan pada tahun 1991. Sebabnya? Yang pasti karena tidak sanggup membayar hutang pada saat pembangunan yang sangat besar.

Plaza Hotel di New York

Trump tidak hanya membangun tapi ia juga membeli properti yang menurutnya harus dibeli, salah satunya adalah Plaza Hotel di New York pada tahun 1988. Hotel 19 lantai tersebut dibelinya dengan harga $407 juta.

Trump Shuttle – Bisnis Penerbangan

Selain membangun dan membeli properti, Trump juga masuk ke bisnis penerbangan. Ia mendirikan Trump Shuttle pada tahun 1988. Ia mengeluarkan sekurangnya $365 juta untuk membeli rute penerbangan dan 21 pesawat Boeing 7277 milik perusahaan penerbangan Eastern Airlines.

Lalu ia men-cat ulang dengan logonya sendiri seluruh badan pesawat tersebut. Maskapai ini tidak bertahan lama karena pada tahun 1992 Trump terpaksa menjualnya ke US Airways karena tidak sanggup membayar hutang di Citibank sebagai kreditur utama.

Hutang yang menggunung

Dalam membangun bisnisnya dan membeli properti-properti tersebut Trump mengandalkan pinjaman dari berbagai bank sehingga ia memiliki banyak sekali hutang. Tak tanggung-tanggung ia berhubungan dengan 72 lembaga keuangan, diantaranya yang besar adalah Citibank, Chase Manhattan Bank dan BankerTrust.

Suatu titik tertentu hutangnya mencapai $3,2 milyar dan Trump kesulitan mengembalikan pinjaman-pinjaman tersebut. Para bankirnya mulai khawatir dan resah bagaimana Trump bisa mengembalikan uang mereka.

Memang betul adagium yang sering disampaikan orang-orang bahwa “Jika hutangmu besar tidak perlu khawatir karena yang khawatir adalah krediturmu”. Karena jika dirimu jatuh maka para bankir itu akan kehilangan uangnya.

Demikianlah, pada tahun 1990 di sebuah kantor hukum semua bankirnya berkumpul dan sepakat untuk mencegah kejatuhan Trump ke jurang yang lebih dalam karena bisa membuat mereka turut kehilangan uangnya. Mereke bernegosiasi dengan Trump.

Para bankir sepakat bahwa mereka akan mengendalikan Trump tetapi Trump tetap memegang tampuk pimpinan bisnisnya. Kata para bankir itu “Ia lebih berharga hidup daripada mati”.

Trump dipaksa menjual dan menggadaikan properti pribadinya seperti kapal pesiar, pesawat pribadi termasuk 3 hotel dan kasino yang dimilikinya. Dan yang paling membuat Trump jengkel adalah membatasi anggaran belanja personal Trump menjadi hanya $300.000 atau lebih dari 4 milyar per-bulan.

Bagi sebagian orang tentu 4 milyar rupiah sebulan sebuah angka yang besar tapi tidak untuk Trump, baginya jumlah itu sangat kecil untuk menunjang gaya hidupnya.

Di 3 tahun pertama dasawarsa 90-an 4 hotel dan casino Trump dinyatakan pailit oleh pengadilan tetapi para krediturnya tetap mempertahankan Trump sebagai pemimpin bisnisnya karena mereka menilai bahwa nama Trump masih layak untuk dijual kepada para pelanggan kasino mereka.

Perusahaan Terbuka

Pada tahun 1995 Trump bangkit dengan mendirikan sebuah perusahaan publik. Atau menjadi perusahaan terbuka sehingga masyarakat dapat membeli saham-saham di perusahaannya. Trump berhasil, di tahun 1996 nilai sahamnya naik dan mencatatkan ia kembali menjadi salah satu dari 400 orang terkaya di Amerika versi majalah Forbes.

Tetapi selanjutnya nilai saham itu turun. Tetapi Trump tetap dapat untung karena dari tahun 1995 sampai dengan 2009 ia mendapatkan gaji sebagai pengelola sebesar $44 juta.

Nama Trump tetap layak dijual dan bernilai tinggi sehingga analis memperkirakan di tahun 2004 nilai bersih dari Trump adalah $2,6 milyar.

Trump Go Internasional! Termasuk ke Indonesia

Di belahan dunia lain, nama Trump tetap memiliki nilai jual, di mulai tahun 1999 di Korea Selatan dibangun 6 menara residensial bernama Trump World. Selanjutnya Trump mempromosikan Trump Tower senilai hampir $900 juta di Berlin.

Tak ketinggalan di Kanada, Dewan Kota menyetujui pembangunan Trump International Hotel & Tower setinggi 70 lantai yang menjadi gedung tertinggi di kota itu.

Dan saat itu Trump mengumumkan proyeknya berupa hotel, kondo, perkantoran, dan lapangan golf dengan label TRUMP di berbagai negara seperti di Dubai, Israel, Panama, Skotlandia, Meksiko, Republik Dominika dan Turki.

Lalu antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 ia mengumumkan kesepakatan-kesepakatannya di lebih dari selusin negara, termasuk 2 proyek di Indonesia di tahun 2015, ketika ia sudah masuk ke proses kampanye untuk pemilihan presiden.

Apakah Trump ikut berinvestasi di proyek-proyek yang menggunakan nama Trump itu? Sama sekali tidak. Trump hanya membolehkan merk-nya dipakai, tentu saja dengan imbalan biaya lisensi yang mencapai juta-an dolar.

Mungkin juga nanti jika partnernya menginginkan pengoperasian juga dilakukan oleh Trump Management tentu dengan hitung-hitungan lain lagi. Lebih dari sekedar lisensi.

Trump tetap untung walaupun proyek itu merugi bahkan jika proyek tidak jadi atau pengelolanya bangkrut. Tugas Trump hanya satu yaitu melakukan kegiatan promosi yang memang menjadi keahliannya.  

Demikian kisah Donal John Trump yang awalnya seorang pebisnis real estate yang mengembangkan hotel dan casino, lapangan golf, kondominium, lalu bisnisnya merambah ke dunia televisi dan entertainment, finansial, air kemasan, kuliner, parfum dan tentu saja lisensi pemakaian namanya di bisnis real estate di seluruh dunia. Termasuk di Indonesia.

Lihat artikel lainnya:
Donald Trump: Dari Raja Real Estate Menjadi Presiden Negara Yang Paling Berkuasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Hallo...!

Workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula akan diadakan tanggal 20-21 Januari 2024 di Jakarta

× Info Workshop Developer Properti