Dulunya kawasan Pondok Indah adalah kawasan biasa saja, terdiri dari hamparan ladang kering, sawah, kebun karet tua yang padat dan rumah penduduk yang dikenal sebagai wilayah Pondok Pinang.

Di Barat berbatasan dengan Ciputat dan mengarah ke Bintaro, di Selatan berbatasan dengan Lebak Bulus dan Pasar Jumat, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Fatmawati dan sebelah Utara berbatasan dengan jalan Radio Dalam dan jalan H. Nawi.

Luasnya ratusan hektar yang terletak di sudut Selatan Kebayoran yang dibatasi oleh jalan H. Nawi, untuk ke sana melewati Jalan Radio Dalam.

Ciputra dan Budi Brasali dan Ismail Sofyan Mendirikan Metropolitan Development

Kisah bermula ketika tahun 1970 Ciputra dengan sahabatnya semenjak kuliah di ITB, Budi Brasali dan Ismail Sofyan mendirikan perusahaan yang bernama Metropolitan Development.

Mereka membeli lahan sedikit-sedikit di kawasan Bintaro. Lalu mereka mengajak perusahaan Jepang Obayashi Gumi untuk bekerjasama, tapi karena sesuatu hal Obayashi menjual sahamnya ke PT. Pembangunan Jaya yang di dalam perusahaan tersebut juga ada Ciputra sebagai presiden direkturnya. Jadilah perumahan Bintaro dikembangkan oleh PT. Jaya Real Property dan perumahannya dikenal dengan nama Bintaro Jaya.

Ciputra Melihat Prospek Lahan di Pondok Pinang

Ketika bolak balik ke Bintaro Ciputra sering melihat kawasan Pondok Pinang ini. Intuisinya mengatakan bahwa daerah ini akan menjadi daerah berkilau suatu hari nanti. Karena tanahnya bagus, tidak diwarnai banjir, dan tidak mengandung garam seperti daerah Jakarta Utara. Udara relatif sejuk dan sumber air bersih tersedia.

Dari sisi lokasi daerah ini strategis sekali karena bertetangga langsung dengan Kebayoran. Karena pada saat itu hanya ada dua daerah yang dianggap elit dan mentereng yaitu Kebayoran dan Menteng. Orang-orang makmur dan berduit memilih tinggal di kedua wilayah ini sejak zaman Belanda dulu.

Intuisi Ciputra kembali bicara, imajinasinya sudah membayangkan bahwa suatu saat daerah ini nantinya akan dipenuhi rumah-rumah mewah dan indah berkilau, jalan-jalan lebar dan mulus, ada juga pusat perbelanjaan modern dan besar. Nanti juga akan ada rumah sakit bertaraf internasional, sekolah-sekolah berkualitas dan fasilitas lifestyle untuk menunjang kebutuhan warganya.

Masih ada Kendala…

Tapi waktu itu Ciputra belum punya uang untuk membebaskan lahan, diam-diam impiannya tentang kawasan ini disimpannya baik-baik, tiap kali ia datang ke daerah itu dihirupnya udaranya pelan-pelan diresapi sambil membayangkan impiannya membangun wilayah itu menjadi sebuah permukiman yang mewah, mentereng, berkilau layaknya Kebayoran dan Menteng menjadi kenyataan.

Impiannya terus dihidupkan, harapannya tetap dirawat baik-baik, hingga akhirnya Tuhan menjawab harapannya.

Bertemu dengan Liem Sioe Liong dan Djuhar Sutanto

Suatu hari orang terkaya di Indonesia waktu itu, Lim Sioe Liong dan partnernya Djuhar Sutanto mengontak Ciputra. Mereka menungkapkan bahwa mereka ingin bekerjasama dengan Ciputra untuk mengembangkan bisnis real estate.

Ciputra seperti tidak percaya apa yang dialaminya. Dadanya membuncah terbayang bahwa impiannya membangun kawasan mentereng di Jakarta Selatan akan segera terwujud.

Kenapa Lim Sioe Liong memilih Ciputra untuk bekerjasama membangun bisnis real estate? Karena ia tahu sepak terjang Ciputra dalam membangun Pasar Senen dan Ancol di bawah bendera Jaya yang sahamnya juga dimiliki Pemda DKI Jakarta dan pengusaha lain waktu itu.

Lim Sioe Liong pun memberi syarat bahwa ia hanya mau bekerjasama dengan Ciputra secara pribadi, tidak dengan Jaya. 

Tentu saja Ciputra setuju karena selama ini, di Jaya ada birokrasi yang kadang membuat imajinasi liar, ide-ide kreatifnya masih terkekang karena segala keputusan harus melalui berbagai tangga birokrasi.

Ciputra membutuhkan arena lain untuk menyalurkan semangat bebas entrepreneurnya. Ya, ia harus menciptakan kolam sendiri untuk bereksplorasi. Inilah jawaban impian dan do’anya.

Awalnya Lim Sioe Liong tertarik membangun di kawasan Sunter karena di wilayah itu sudah aktif kehidupan ekonomi. Namun Ciputra berpendapat lain, impiannya dipaparkan tentang sebuah kawasan di Jakarta Selatan yang berada di sudut Kebayoran di wilayah Pondok Pinang.

Ciputra meyakinkan Liem Sioe Liong bahwa wilayah Pondok Pinang yang diceritakannya akan menjadi salah satu kawasan perumahan mewah lengkap dengan fasilitas kelas satu. Ciputra berjanji akan membuat masterplan secepatnya dan tentang ijin ia akan menemui gubernur DKI Jakarta waktu itu, Ali Sadikin.

Lim Sioe Lion setuju dengan pemaparan Ciputra, walaupun sebenarnya ia sudah ancang-ancang untuk membangun di kawasan Sunter, tapi Ciputra menampik itu dengan alasan bahwa kawasan Sunter udara dan tanahnya kurang baik. Sekali lagi Oml Liem manut ke Ciputra.

Lim Sioe Liong Setuju Membiayai Pembangunan Pondok Indah

Pada pertemuan itu tak lupa Ciputra bilang ke Lim Soe Liong bahwa butuh biaya yang teramat sangat besar untuk menggarap proyek di Pondok Pinang ini, terutama untuk pembebasan lahan.

Lim Sioe Liong hanya tersenyum sambil berkata, tenang saja Pak Ciputra semua biaya saya yang tanggung. Selesailah sudah masalahnya karena biaya ditanggung oleh seorang taipan, orang terkaya di Indonesia.

Setelah pertemuan itu Ciputra menyampaikan kabar gembira ini kepada dua orang sahabatnya sejak kuliah di ITB dulu; Ismail Sofyan dan Budi Brasali. Ismail Sofyan dan Budi Brasali ini juga ikut Ciputra dalam membangun Pasar Senen dan Ancol di Jaya.

Namun di luar Jaya mereka sepakat mendirikan perusahaan sendiri yang bernama Metropolitan Development, perusahaan ini didirikan pada tahun 1970. Bidang usahanya adalah pengembang properti.

Muasal Nama Pondok Indah

Tanpa membuang waktu lagi Ciputra dengan konsultan di bawah pimpinannya tancap gas membuat rancangan masterplan. Masterplan dibuat dengan sempurnya dan selengkap mungkin.

Semua khayalan dan imajinasinya ditumpahkan dalam rancangan. Saat itulah muncul nama Pondok Indah menjadi nama perumahan itu dan itu disetujui oleh semua pihak.

Asal katanya, Pondok diambil dari nama wilayahnya Pondok Pinang, dan maknanya pun jelas, pondok berarti rumah. Sehingga Pondok Indah adalah Rumah yang Indah. Kelak nama ini banyak dipakai oleh pengembang lain untuk menamakan proyek perumahannya. Dan Ciputra turut senang.

Waktu itu banyak yang meragukan Pondok Indah akan menjadi kawasan elit, tapi Ciputra bergeming, katanya waktu itu; Lihat tahun 90-an nanti Pondok Indah akan diakui orang sebagai kawasan mahal dan mewah di Jakarta. Dan itu menjadi kenyataan saat ini.

Siapa yang tidak kenal Pondok Indah? Jika seseorang menyebut ia tinggal di Pondok Indah maka ia pasti akan dianggap sebagai orang kaya.

Setelah masterplan selesai dan dipresentasikannya di hadapan para stakeholder, semua pihak terdiam takjub dan ikut hanyut dalam impian dan imajinasi Ciputra.

Liem Sioe Liong menepati janjinya untuk membiayai pembangungan kawasan perumahan Pondok Indah, ia mengajak Sudwikatmono, Ibrahim Risjad untuk menjadi partnernya di samping Djuhar Sutanto. Ya, akhirnya mereka berempat menjadi partner Ciputra dan kawan-kawan dalam membangun Pondok Indah.

Lahirnya PT. Metropolitan Kentjana

Mereka sepakat mendirikan perusahaan baru untuk membangun Pondok Indah, dipilihlah nama Metropolitan Kencana. Gabungan dari Metropolitan Development milik Ciputra dan teman-temannya Ismail Sofyan dan Budi Brasali dan Waringin Kencana perusahaan join Liem Sioe Liong bersama Ibrahim Risjad, Djuhar Sutanto, dan Sudwikatmono.

Pembagian Saham antara Pengelola dan Investor adalah 50:50

Pertanyaannya berapa saham yang diberikan kepada Ciputra dan teman-temannya? Secara ia dan teman-temannya tidak setor uang sebagai modal perusahaan? Liem Sioe Liong dan rekan-rekannya sebagai investor yang membiayai seluruh proyek setuju untuk memberikan bagian saham kepada Ciputra dan kawan-kawannya sebagai pengelola proyek sebesar 50%.

Jadi bagian saham antara investor dan pengelola sama rata 50:50. Hmmmm, Liem Sioe Liong sangat menghargai skill Ciputra yaitu kecakapan kelola sebuah proyek properti.

“Yang penting semua berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang kita harapkan” demikian kata Liem Sioe Liong ketika mereka bersalamaan bertanda bahwa Pondok Indah di bawah bendera Metropolitan Kencana siap bergerak.

Ada kejadian menarik ketika perusahaan ingin meminjam uang ke Bank BCA dan Bank Dagang Negara, maka dibuatlah feasibility study oleh konsultan dari Amerika. Hasilnya ternyata proyek itu tidak layak, tidak feasible.

Bukan Ciputra namanya kalau patah semangat, ia mengganti konsultannya, sehingga proyek ini menjadi layak. Kata Ciputra; FS hanya untuk bank, tetapi keyakinan akan kesuksesan lebih penting. Dan Ciputra terbukti benar.

Jadi waktu itu menurut konsultan dari Amerika proyek perumahan Pondok Indah ini tidak layak, namun Ciputra berpendapat lain. Akhirnya konsultannya yang diganti, bukan proyek yang dihentikan. Itulah intuisi seorang Ciputra.

Memasuki dasawarsa 80-an Pondok Indah mulai dibangun, langkah pertama adalah membangun jalan dan saluran air sesuai siteplan yang sudah direncanakan.

Lalu membangun beberapa unit rumah contoh saja, selebihnya menjual kaveling. Kenapa? Karena orang kaya selalu ingin membangun rumah sesuai dengan selera dan keinginan mereka sendiri. Namun jika pembeli mau, pihak pengembang bisa juga membangunkan rumah tersebut.

Perencanaan kaveling dan tata letak mengikuti kontur lahan, pohon-pohon besar dan indah dibiarkan, agar kawasan ini bersinergi dengan alam. Desain kaveling-pun sangat bervariasi, ada yang besar, sedang dan ada yang kecil.

Dalam perjalanan proyek bukan tidak ada kendala, ketika kas perusahaan tersedot habis untuk pembebasan lahan, membangun infrastruktur yang luar biasa besarnya.

Ciputra memutuskan membangun beberapa puluh unit rumah dengan ukuran kecil di bagian Barat mengarah ke Utara Pondok Indah.

Kawasan itu kini dikenal dengan nama Jalan Pinang Perak, Jalan Pinang Emas dan sebagaimya. Unit ini laku keras sehingga cashflow perusahaan sehat kembali.

Lalu dilanjutkan membangun infrastruktur, merapikan kaveling, membangun beberapa rumah yang bagus, deretan ruko dan sekolah.

Seperti dugaan Ciputra, kaveling-kaveling di Pondok Indah laku keras, tiap minggu selalu ramai dikunjungi orang-orang kaya yang ingin membeli kaveling dan rumah. Keberadaan Jakarta International School di Jalan Terogong mengarah ke Fatmawati juga memancing para ekspatriat untuk ikut juga membeli kaveling di Pondok Indah.

Di tim pelaksana, Ciputra dan teman-temannya berbagi tugas, Ciputra berkutat dengan urusan di lapangan, Brasali mengurus keuangan, Ismail Sofyan bertanggungjawab membina relasi, sebuah kombinasi yang pas.

Tim lainnya; Subagja mengatur pembebasan lahan, Budiman mengurus perijinan, Soekrisman dan Hiskak Secakusuma bergumul langsung dengan SDM.

Di tangan merekalah kawasan Perumahan Pondok Indah menjelma menjadi sebuah kawasan elit, mewah dan mentereng yang setiap orang bangga jika dapat membeli rumah di sana.

Lapangan Golf Pondok Indah

Bukan Ciputra namanya jika mudah berpuas diri, imajinasinya terus bergerak, dia membayangkan jika suatu saat ada lapangan golf bertaraf internasional di Pondok Indah. Ini mimpi, betul-betul mimpi yang ketinggian, tapi tidak bagi Ciputra. Sekali ia bermimpi ia akan perjuangkan impian itu sampai menjadi kenyataan.

Ia membayangkan bahwa dengan adanya lapangan golf bertaraf internasional, Pondok Indah akan semakin berkilau dan diakui sebagai kawasan nomor satu.

Tidak hanya lapangan golf internasional tetapi lapangan golf yang menyelenggarakan turnamen internasional. Inilah yang ditertawakan oleh banyak pihak. Mustahil, fikir mereka!

Ciputra tidak mendengarkan suara negatif mereka, Ciputra terus bergerak mewujudkan impiannya, ia menemui perancang lapangan golf kelas dunia, Robert Trent Jones Jr. Melalui Robert lah ia dipertemukan dengan presiden asosiasi golf dunia waktu itu. Dan kesepakatan pun terjadi.

Robert Trent Jones Jr akan merancang lapangan golf di Pondok Indah dan setelah lapangan selesai adan didakan turnamen golf internasional. Dan itu terwujud di tahun 1983. Sekali lagi impian Ciputra tercapai dengan keyakinan dan semangat pantang menyerah.

Pembangunan Pondok Indah Mall

Pembangunan Pondok Indah terus berlanjut, tahun 1990 dibangunlah Pondok Indah Mall atau PIM1. Ini sesuatu yang menggebrak waktu itu. Karena waktu belum ada mall, yang ada barulah sekelas plaza semacam Ratu Plaza, Melawai Plaza atau Duta Merlin.

Dalam waktu singkat Pondok Indah Mall sangat populer, menjadi sebuah pusat belanja yang besar, megah, stylish dan menjadi pelopor berdirinya pusat perbelanjaan yang besar.

Pembangunan Rumah Sakit Pondok Indah

Selanjutnya dibangunlah Rumah Sakit Pondok Indah atau RSPI dengan fasilitas yang lengkap, Ciputra berharap kalangan menengah atas tidak lagi berobat ke Singapura. Cukup di RSPI karena fasilitas medis dan dokter ahli sudah sangat lengkap tersedia.

Liem Sioe Liong Melepas Sahamnya di Metropolitan Kentjana

Perkembangan selanjutnya, ketika krisis ekonomi tahun 1998 Liem Sioe Liong melepas sahamnya di Metropolitan Kencana dan lalu dibeli oleh Murdaya Widyawimarta Poo dan istrinya Siti Hartarti Murdaya.

Pengembangan Pondok Indah memang tidak terlalu agresif, ketika mall pertama sudah terasa sesak maka dibangunlah mall kedua, ketika tempat makan dirasa sudah terlalu penuh maka dibangunlah Street Gallery, demikian juga pembangunan apartemen, hotel berbintang tidak terburu-buru.

Namun demikian Pondok Indah berjalan lentur dengan kas terjaga aman dan mendirikan beberapa anak perusahaan.

Demikian kisah perumahan Pondok Indah yang terkenal sebagai kawasan permukiman kelas satu di Jakarta Selatan. Yang di sana orang tidak hanya sekedar membeli rumah tetapi membeli prestise.

Lihat artikel lainnya:

Tags

Sejarah Perumahan Pondok Indah; Siapa Developer dan Investornya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×

Hallo...!

Workshop Cara Benar Memulai Bisnis Developer Properti Bagi Pemula akan diadakan tanggal 20-21 Januari 2024 di Jakarta

× Info Workshop Developer Properti