Orang yang berbisnis properti memiliki penghasilan yang tergolong besar karena memang omset bisnisnya besar.
Ini sangat logis bahwa sebuah bisnis yang beromset besar juga menghasilkan keuntungan yang besar. Bisnisnya mungkin saja sebagai seorang broker atau agen properti, investor, flipper atau developer.
Agen properti
Apabila ia sebagai seorang agen properti, maka ia berhak 2,5% dari transaksi. Misalnya dia berhasil mentransaksikan properti senilai 5 milyar, maka dia berhak mendapatkan fee dari transaksi tersebut senilai 125 juta rupiah. Itu untuk sekali transaksi.
Jika seorang broker bisa mentransaksikan beberapa properti dalam 1 bulan maka bisa dihitung penghasilannya. Memang penghasilannya tidak persis seperti itu hitungannya karena komisi seorang agen properti profesional masih dipotong pajak dan bagi hasil untuk kantor tempat dia bernaung. Tapi tetap saja cukup besarlah jika dibandingkan dengan pekerjaan rata-rata.
Selain itu, untuk properti yang berlokasi di Jakarta, harga 5 milyar masih tergolong sederhana. Karena properti yang berada di lokasi mewah harganya bisa mencapai puluhan milyar. Oleh karenanya komisi yang didapatkan tentu lebih besar jika berhasil mentransaksikan properti tersebut.
Penghasilan sebagai seorang investor properti
Lain halnya sebagai investor properti, dia mendapatkan keuntungan (capital gain) dari properti yang dibelinya dan kemudian dijualnya. Prinsipnya sederhana saja, beli dengan harga murah kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi. Itu saja.
Misalnya satu unit rumah dibeli dengan harga 200 juta, lalu diperbaiki dan dijual lagi dengan harga 300 juta. Maka dengan hitungan ini sudah bisa dihitung laba yang dia dapatkan.
Tetapi dengan pola seperti ini jangan lupa perhitungkan biaya-biaya yang musti dikeluarkan, seperti pajak-pajak, biaya transaksi di notaris dan biaya perbaikan jika properti butuh perbaikan. Jangan lupa masukkan biaya tersebut dalam harga jual.
Untuk menjadi investor kerja keras dibutuhkan untuk mendapatkan properti yang harganya murah atau di bawah harga pasar. Memang harus hunting properti dan butuh kesabaran untuk mendapatkan properti yang sesuai dengan kriteria.
Cara yang lebih mudah adalah dengan membeli properti pada saat developer me-launching produk, karena biasanya pada saat peluncuran perdana proyek harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan dengan harga normal. Mungkin 20 atau 30 persen lebih murah.
Untuk mengambil capital gain-nya nanti dijual ketika harga sudah normal.
Sebagai seorang flipper
Mirip-mirip dengan investor, metode kerja seorang flipper juga ngga jauh beda. Mendapatkan capital gain dari properti yang dibeli dan dijual lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Seorang flipper bisa mendapatkan penghasilan yang besar dibandingkan dengan modal yang dibutuhkan karena umumnya seorang flipper hanya membeli dalam bentuk uang muka saja. Jadi ketika membeli, properti tidak dibayar lunas, ada jeda waktu antara pembayaran uang muka dan pelunasan.
Nah, pada masa jeda waktu tersebut si flipper mencari pembeli propertinya. Jika terjual, maka yang melunasi harga properti adalah pembeli terakhir. Tentu saja properti tersebut harus terjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding kesepakatan harga saat membeli.
Di sinilah seninya menjadi seorang flipper, bisa mentransaksikan properti yang dibelinya walaupun belum lunas. Dan karena kondisi inilah pelakunya dinamakan flipper yaitu orang yang membalikkan posisinya sebagai pembeli menjadi seorang penjual. Itulah yang disebut Nge-flip.
Sebagai seorang pengembang properti
Jika ia berbisnis properti sebagai developer maka ada peluang untuk mendapatkan keuntungan besar. Musababnya adalah besarnya omset sebuah proyek properti.
Mari kita ambil contoh apabila seorang developer properti mengembangkan lahan seluas 1 hektare (10.000 m2) yang akan dibangun 60 unit rumah menengah. Jika satu unit rumah dijual dengan harga tiga ratus juta rupiah maka omzet yang didapatkan developer kurang lebih 18 milyar.
Jika dia mendapatkan laba 50 juta saja per-unit maka seorang developer sudah mengantongi laba bersih tiga milyar rupiah. Yup, cukup besar bukan?
Pola bisnis sebagai broker, investor, flipper dan developer sudah banyak dibahas sampai tuntas sedetil-detilnya di blog ini. Silahkan lanjut membaca.
Penulis: Asriman A. Tanjung, ST
Penulis buku Cara Benar Meraih Sukses Di Bisnis Properti yang diterbitkan Gramedia
Pendiri DEPRINDO (Developer Properti Indonesia), asosiasi developer properti yang sudah diakui pemerintah
Pemilik asriman.com, blog properti nomor 1 di Indonesia
Lihat artikel lainnya:
- Inilah Kenapa Bisnis Properti Itu Amat Menguntungkan
- Tips Sukses Menjadi Broker Properti Independen
- Hubungan Mesra Seorang Investor Properti dan Agennya
- Panduan Lengkap Bagi Anda yang Ingin Menjadi Broker Properti, Bisa Tanpa Modal Lho
- Cara Benar Menjadi Agen Properti Profesional
- Begini Cara Memilih Broker Properti yang Bagus untuk Investor Properti
- Cerita Sukses Seorang Developer Pribadi
- Bagaimana Mencari Lahan untuk Dijadikan Proyek Properti Jika Dirimu Tidak Punya Uang
- Berapakah Besarnya Komisi Broker Properti di Indonesia?
- Seorang Broker Properti Wajib Mengerti Tentang Listing
- Kenaikan Nilai Properti Selalu Di Atas Suku Bunga Perbankan. Ini Penyebabnya
- Cara Mudah ‘Mengakali’ Kebutuhan Modal Untuk Membangun Proyek Properti
- Peranan Seorang Broker Properti dalam Transaksi Properti
- Pentingnya Sikap Objektif Bagi Seorang Broker Properti
- Ini Dia Tips Memilih Broker Properti Terbaik